( KOPI HITAM PAK TANI )
Nasib Negeri Petani
Mereka punya cangkul di tanah
kelahirannya
Dengan semangat juang untuk keluarga
Dan hati yang selalu ihklas dalam
menjalani kehidupannya
Yang semuanya terbuat dari baja,yang
kini mulai terkikis oleh usia
Generasi yang mereka tunggu kini justru
jadi benalu
Yang merasa malu dengan warisan para
leluhur dulu
Pusaka yang hampir setiap hari digunakan
hingga fajar tenggelam
Kini seperti barang haram yang tak berguna dan di lupakan jasa-jasanya
Tanah yang dulu sempat memberikan pangan
para bangsawan
Kini justru hanya jadi tontonan
Kemarau dan banjir silih berganti
Yang semakin lama semakin mencekik
kehidupan para petani
Tetes keringat para petani yang dulu sedikit
demi sedikit merubah tanah gersang hingga menjadi lumpur
Dirawat,dijaga bahkan dimanja-manja
hingga menjadi tanah yang subur dan
memberikaan kehidupan yang makmur
Keindahan sawah nan terhampar hijau yang dulu sempat menjadi
tempat pelarian untuk hati para petani berhibur
Kini limbah yang secara perlahan
meracuni tanah mulai membuat hidup mereka hancur
Tak ada yang peduli, yang seolah-olah
mata para dewa memandangnya dengan pandangan kabur
Lambaian dedaunan nyiur yang dulu
menjadi tempat berlindung dari panasnya terik matahari
Kini tumbang berubah menjadi bangunan yang mengganggu mereka hingga malam hari
Kebun nan rimbun seketika gundul, yang sekarang menjadi tempat bermain para tuyul
Cucuran keringat yang mereka keluarkan
tak pernah di hiraukan
Kerja keras yang penuh perjuangan tak
lagi di pedulikan
Teriakan tanda mulainya kebinasaan
justru jadi bahan tertawaan
Betapa rindunya mereka dengan Tanah Air
tercinta yang pernah membuat mereka bahagia
Kini hanya menjadi lukisan para
generasinya
Harapan akan sebuah kemajuan telah sirna
menjadi angan-angan semata yang tak akan pernah dapat di raihnya
Tanah
mereka adalah nyawa mereka
Telah mereka titipkan kepada para dewa
Dengan penuh harapan akan menjamin hidup
mereka
Justru dijadikan lahan perlombaan untuk
sebuah perubahan yang sia-sia
Tidak kah engkau sadar telah merusak dan
merenggut cita-citanya
Wahai para dewa jangan kau gantung nyawa mereka
Dan kembalikanlah kehidupannya seperti sedia kala.
Oleh :
Rudi Handoko